12 Desember 2008

minum racun uang

ngomong punya ngomong tahun 2008 sebentar lagi akan lewat, pastilah diganti dengan angka tahun yang lebih segar, 2009. entah hanya tahun nya yang segar sementara orang orang nya bakal terkapar, nau'dzubillah minzalik, mudah mudahan gak lah.
hadirin hadirat, sebagaimana yang kita ketahui tahun 2009 bisa jadi awal malapetaka bagi hampir dua juta pekerja yang menurut perkiraan analis akan dipancung lehernya, dipancung oleh krisis global yang melanda dunia saat ini. angka ini mungkin hanya sebatas prediksi, tapi tetap angka seperti ini bikin ngeri, apalagi buat para istri yang menggantungkan harapan hidupnya pada suami yang terancam akan kena phk. hantu phk sungguh sangat membuat pekerja di berbagai sektor mengalami kengerian, apalagi sektor yang menggantungkan bahan produksi impor, industri garmen dan kayu bahkan telah mulai bersiap untuk program phk massal tahun depan. hal ini terpaksa dilakukan perusahaan untuk bertahan.

bukan hanya itu, tapi efek domino dari terkaparnya sektor hulu akan berimabas secara langsung terhadap sektor hilir sebagai industri penopang. sebuah pabrik garmen misalnya ditopang oleh berbagai sektor usaha kecil dan menengah, mulai dari penimbalan benang, transportasi dan penyedia bahan mentah lain nya. secara otomatis mereka yang selama ini berperan sebagai subkontraktor akan sepi order dan akibatnya terancam gulung tikar, buruhnya pun dengan terpaksa diminta sabar dan sementara stay tune dulu di rumah.

oke.. itu kalkulasi secara ekonomi, belum masuk kepada kerawanan sosial yang akan muncul dari dampak terhadap keadaan yang menyakitkan ini. saya pernah baca bahwa penurunan angka pertumbuhan ekonomi akan meningkatkan bahaya sosial lain. angka kriminal, depresi bahkan angka bunuh diri. efek sosial pasti akan muncul dengan segera, maklum disaat panik orang akan mengambil jalan pintas untuk menyelesaikan masalahnya.

sudah di phk istripun ribut terus dirumah, anak mau masuk sekolah, kontrakan rumah hampir habis, tiba tiba sakit pula lagi, begitu jeranya kehidupan ini. madu dan racun pun tak sanggup dibedakan lagi. akhirnya kemuakan menjalani kehidupan diselesaikan secara adat dengan mencoba babak baru hidup di alam kubur. sayang nya malaikat pun dengan sigap menyambut dengan 5 pertanyaan yang sudah pasti takkan mampu dijawab oleh orang yang matinya dengan bunuh diri (secara, bunuh diri itu haram). kloplah sudah penderitaan dunia akhirat.

itu hanya sekedar ilustrasi dari gambaran apa yang akan terjadi, dan bahkan sudah terjadi. kalau anda ga percaya cobalah tongkrongin berita kriminal di televisi, banyak orang yang akhirnya bunuh diri karena no up thinking alias gak sanggup pikir.
mahalnya ongkos sosial akan menjadi mimpi buruk. indonesia sebagai negara yang menggantungkan atau bahkan menghambakan dirinya secara penuh terhadap negara lain akan secara cepat mengalami guncangan. apalagi pemerintah selalu datang terlambat untuk mengatasi keadaan mengatasi porak porandanya ekonomi global, termasuk menanggung beban sosial yang kemudian akan timbul di kemudian hari.

inilah susahnya negara kita, hidup dengan sepenuhnya disuap oleh negara lain. penduduknya pun ga kepalang tanggung ramenya, orang nya pun banyak yang berotak kotor apalagi pejabatnya.

dibalik itu semua ada sebuah kesimpulan yang menarik untuk direnungi, dicerdasi dan dicermati secara mendalam dan seksama dalam tempo yang sesingkat singkatnya : bahwa memang kapitalime sudah membuat dunia hancur, kita manusia merasa lebih sok pintar dari tuhan, padahal dalam Al Quran telah dijelaskan bagaimana membangun ekonomi dengan prinsip islam. sistem moneter dunia saat ini yang bergantung pada sektor non riil telah membuktikan bahwa ternyata ada kerapuhan yang luar biasa dari kepintaran manusia. sementara islam menganjurkan untuk menghidupkan sektor non riil yang berimbas pada peningkatan angka produksi. sayang nya kita masih terlalu angkuh dengan teori ekonomi klasik, seakan tuhan tak tau apa apa tentang ekonomi.

makanya percayalah kawan bahwa islam adalah rahmatan lil'alamiin bagi bumi dan segala isinya.

Tidak ada komentar: