24 Mei 2011

BONEKA, RUMAH, PETA



Malam tadi purnama, awan jadi sintelban yang setia mengiringi. kesana kemari, awan tak tentu arah. Seperti gundah di tengah kilau semesta purnama. Awan bak hati, juga kesana kemari hingga tumpah ke bumi. Seperti gasing yang berputar untuk menunggu saat berhenti, seperti hari yang menunggu tua. Demikian hati tetap pada satu tujuan, untuk kemudian berhenti. Stop. Tak bergerak lagi.

Saya berjalan dan singgah, bukan. Saya ingin menetap, kawan. Kawan perempuan. Untuk kedepan saya akan menetap dihati anda, seperti cerita kapal – kapalan saya, seperti cerita novel yang anda baca. saya tidak hendak berkawan, saya ingin taut anda.

Saya punya segenggam tanah liat. Ayo, kita bentuk ini jadi keramik. atau boneka. Kita beri dia mata, hidung yang besar, seperti hidungku, telinga, bibir, alis, dan tentu, lesung pipi. Kita beri dia peta agar dia bisa jalan nanti, dan kita buatkan dia rumah, agar tak kehujanan kelak. Tak ada cinta abadi, karena kita akan mati. Tapi, terimalah ini, boneka, peta dan rumah yang kita buat. Kita simpan saja cinta saya dan anda disana. Saya jamin, dia aman.

Tidak ada komentar: